Friday, February 09, 2007

Lima hari pertama...

Cerita tentang proses kelahiran Zahra dan empat hari pertamaku sebagai Bunda...


Senin, 5 Februari 2007

  • Tengah malam
    Menjelang tidur, entah kenapa saya tiba-tiba saja ngomong ke David sambil senyum : "I'll wake you up around 4(am) because we're going to go to the hospital... I'm going to deliver our baby at 10am tomorrow morning!". David menjawab singkat: "That's not funny, Baby!"

  • Dinihari pukul 01:45
    Sejak kami berdua berangkat tidur sekitar pukul 12:30, saya sudah tidak bisa nyenyak tidur... rasanya "ada yang salah" entah apanya. Meskipun memang sudah beberapa hari terakhir sudah agak sulit tidur, tapi malam ini rasanya betul-betul tidak enak. Karena perut mulas dan serasa hendak BAB, saya kemudian turun untuk ke KM. Ah, apalagi yang tadi kumakan ya? Knapa malah jadi seperti diare? Setelah semua "terkuras" habis, saya kembali mencoba untuk tidur. Rasanya memang agak mendingan, tapi...

  • Dinihari pukul 02:15
    Terbangun lagi. Kali ini rasa mulas dan panggul terasa nyeri (senut-senut). Saya ke bawah lagi ke KM... bermaksud hendak BAK (maksudnya mungkin kalo habis BAK rasa mulas dan nyerinya bisa berkurang... hehehe... entah apa hubungannya). Wow!!! Ada bercak darah (pinkish discharge). Entah karena excited atau memang begitu adanya, panggul dan paha jadi gemetar dan rasa nyeri makin bertambah tapi stop dan kembali dalam interval kurang lebih 10 menit. Ah, ini kah yang namanya kontraksi??? Saya langsung kembali ke kamar, ganti baju dan bersiap-siap. David masih tidur.

  • Dinihari pukul 02:30
    Dengan perlahan, saya bangunkan David. "I think it's the time". David yang tertidur pulas jadi terbangun dengan mata membelalak bertanya jarak kontraksinya berapa lama? Saya jawab sambil senyum kalo sekitar 10 menitan. "Whaaat???" katanya dengan mata membelalak. Doi langsung minta saya menelepon ke HP dokter Fauzia untuk minta saran tindak. Ternyata dokter lagi jaga di rumah sakit dan minta saya langsung saja ke sana. David kemudian bersiap-siap... mandi dan berpakaian... sambil terus bertanya jarak kontraksiku. Bukan apa-apa... perjalanan ke VHC "makan" waktu sekitar 30 menitan. Dan sejarah di keluargaku yang boleh dibilang "quick delivery" bikin doi agak khawatir. Jangan-jangan nanti melahirkan di perjalanan??? Saya sempat ketawa dan bilang kalo insya Allah anak kami tidak akan lahir sebelum tiba di rumah sakit. Pukul 3 lebih sedikit kami tinggalkan rumah menuju Virginia Hospital Center di Arlington, Virginia.

  • Dinihari pukul 04:00
    Masuk ke ruang bersalin setelah sekitar 15 menit mengurus administrasi (form yang sudah kami kirim untuk pre-registrasi seminggu sebelumnya ternyata belum sampai ke tangan administrasi rumah sakit... untungnya saya siap bawa kopi-annya jadi tidak susah-susah mengisi lagi). Ganti baju yang disiapkan RS... semuanya dibantu oleh nurse Daphne yang bertugas jaga malam itu. She's soooo sweet! Kontraksi setiap 5 menit. Tidak lama kemudian, Dr. Fauzia datang menjenguk... setelah beliau periksa ternyata baru bukaan (dilation) 1 cm. Selain lengan kanan dipasangi dengan alat otomatis untuk mengukur tekanan darah dan detak jantung di jari telunjuk, juga di perut dipasang alat untuk memonitor detak jantung bayi dan kontraksi. Mulai saat ini sudah tidak boleh makan dan minum lagi *hiks*, yang boleh cuma "nyicip" icechips alias potongan es batu buat mengatasi rasa haus. Karena tidak betah berbaring (rasanya bosaaaaaan!!! meski kalo kontraksinya "datang" rasanya ndak bosan lagi, hee hee), saya minta untuk bisa jalan di seputar kamar bersalin (kamar bersalinnya sangat luas!). David mencuri waktu untuk tidur di sofa yang ada di samping tempat tidurku karena waktu masuk adzan subuh masih lama.

  • Pukul 06:30 pagi
    Infus (IV -- intravena) dipasang untuk menghindari terjadinya dehidrasi. Sampel darah diambil sebanyak 3 tabung/vials.

    Rasanya aneh waktu melihat David sholat subuh sendiri. Selama ini kami selalu sholat berjamaah... Blum apa-apa saya sudah rinduuuuuuuu rasanya untuk sholat. Mulai sekarang sampe' saat nifas habis nanti insya Allah, saya harus cuma "nonton" David sholat sendiri...

  • Pukul 07:05 pagi
    Tugas Daphne diambil alih oleh suster jaga berikutnya: Emily Luck. Kontraksi masih 4 menit kadang 3 menit. Tanda pengenal "pink" dipasang oleh nurse Daphne sebelum masa jaganya berakhir. Emily kemudian mengambilkan kursi goyang untuk saya pakai karena saya merasa tidak betah di tempat tidur.

  • Pukul 08:30 pagi
    Dokter Fauzia datang lagi memeriksa. Ternyata sudah bukaan (dilation) 4 cm. Kontraksi makin kuat dan persiapan untuk labor dimulai (petugas lain datang mempersiapkan segala peralatan di meja panjang). Rasanya rada ngeri lihat itu alat-alat... tapi jadi excited juga! it means kalo ini bukan tanda labor palsu alias false alarm... dan sebentar lagi bakal bisa bertemu dengan anakku!!!

  • Pukul 10:00 pagi
    Kontraksi makin kuat dan setiap kali datang, saya cuma bisa menggenggam kuat tangan David sambil bertahlil "Laa ilaaha illaa Allah". Pada saat dokter Fauzia periksa dalam, ternyata sudah bukaan 8 cm... dan kemudian ketuban pecah. Alhamdulillaah... kata dokter cairan ketuban jernih (clear). Good sign! Selanjutnya, dokter memberikan injeksi untuk membuat daerah sekitar jalan lahir "numb" atau mati rasa. Sambil menunggu bukaan sempurna, dokter Fauzia menunggui sambil ikutan mendengarkan tadarrus surah-surah pendek (Juz 30) yang David "putarkan" dari smartphone-nya. Rasanya damai sekali mendengar ayat-ayat Allah...

  • Pukul 11:00 pagi
    Fully dilated alias bukaan sempurna 10 cm. Lega akhirnya bisa "pushing" setelah berjam-jam menahan untuk tidak melakukannya karena menunggu sampe' bukaan sempurna. Tapi setelah "pushing" dengan dibantu Emily yang memberi aba-aba di sebelah kiri dan David di kananku dan dokter di bawah selama kurang lebih sejam, tidak ada perubahan sama sekali. Dokter sampe' heran dan beberapa kali menge-check posisi bayi dan semuanya sepertinya tidak ada masalah . Alat monitor jantung bayi dipasang langsung melalui jalan lahir karena alat yang dipasang di perut kurang reliable. Meski blum tahu apa yang terjadi di 'dalam', namun hasil bacaan detak jantung baby Z tetap bagus dan kuat (artinya bayi tidak distress), paling tidak itu membuat dokter dan juga kami semua lega.

  • Pukul 12:00 s/d 13:00 siang
    Dokter menginstruksikan perawat untuk menyiapkan alat USG untuk melihat langsung apa yang menjadi kendala. Setelah di'teropong' melalui sonogram, Dr. Fauzia langsung mengeluarkan "oooooooooooooh" dan menjelaskan kepada kami (termasuk ke perawat) kalo letak kepala bayiku ternyata menyamping/miring di jalan lahir. Itu sebabnya tidak "turun" meskipun sudah sejam lebih "pushing" dengan bukaan sempurna. Bahkan dokter dengan pede-nya (hehehe) memperagakan sendiri posisi baby Z. Kontraksi semakin kuat dan kali ini saya diminta lagi untuk menahan untuk tidak "pushing" (ooohhh... it's such a hard time!!!) sementara dokter mencoba untuk mencari alternatif. Dengan perlahan, dokter mencoba untuk bicara dan setengah membujukku untuk mau menggunakan epidural dengan harapan si bayi akan lebih relaks dan bisa merubah posisi di jalan lahir untuk dapat dilahirkan normal. Sedikit informasi, saya dan David sedari awal memang minta di BIRTH PLAN untuk melahirkan secara alami dan tidak menggunakan any medication pemati rasa sakit seperti epidural. Saya balik ke David dan dia menyerahkan semuanya ke saya. Saya akhirnya bilang ke dokter kalo apa saja tindakan yang menurut dia terbaik akan saya ikuti... demi kebaikanku dan bayiku. Apa boleh buat... setelah berjuang untuk bisa melahirkan secara alami (natural, tanpa bantuan obat pematirasa) saya akhirnya harus jalani juga yang namanya epidural itu . Ada rasa kecewa juga sih... tapi semuanya demi bayiku... apapun akan saya jalani.

    Prosedur epidural dilakukan oleh dokter ahli anastesia dan berlangsung cukup singkat. It's not as scary and as painful as I imagined before. Setelah itu, kateter juga dipasang (karena setelah efek epidural kicked-in pinggang ke bawah akan mati rasa yang tentu saja tidak bisa lagi jalan sendiri ke KM kalo hendak BAK. Dokter Fauzia juga mengingatkan kalo setelah jam 2 siang (beliau ada scheduled c-section untuk pasiennya yang lain pada jam 1 siang) tidak ada perubahan (posisi bayi tetap sama) setelah epidural maka beliau akan melakukan prosedur emergency c-section! Saya dan David diminta untuk bersiap-siap bila kemungkinan itu terjadi *sigh*.

  • Pukul 13:00 s/d 14:00 siang
    Mencoba pushing lagi dibantu oleh Emily dan David (5 kali dalam 3 kali tiap kontraksi), tapi tidak ada perubahan sama sekali! Sewaktu dokter kembali datang dan memeriksa dalam pada saat saya "pushing", beliau berkomentar pendek: "It's not worth it, Yaty. You did great job... but I guess we have to go for the c-section". Saya dan David cuma bisa mengiyakan meski ada rasa kecewa juga. Well, setelah berjam-jam mencoba melahirkan normal tanpa any medication dan berbagai alternatif dicoba, akhirnya mesti emergency c-section juga. But I never doubt that rencana Allah tentulah yang terbaik!

  • Pukul 14:00 s/d 16:00 sore

    with doctor fauzia
    Pukul 14:46... dokter Fauzia sedang memeriksa grafik detak jantung bayiku sekaligus mempersiapkan segala sesuatunya untuk c-section. Sambil menunggu, saya sempatkan mengirim sms ke Ibu di Makassar... *Sorry, sebenarnya ada beberapa foto lain di ruang bersalin dan di ruang perawatan, tapi kena sensor karena Bundanya Zahra tidak 'covered' alias tidak berhijab... harap maklum*

    Persiapan untuk operasi sambil menunggu dokter Fauzia selesai mengoperasi pasiennya yang lain. David pake' baju biru-biru lengkap dengan tutup kepalanya kayak dokter hehehe... soooo cute! Another "bracelet" dipasang... kayaknya ini ID untuk kontrol obat (terutama painkiller). Saya kemudian dibawa ke ruang operasi diiringi David dan bertemu dengan dokter anestesia yang mendampingi saat operasi (she's soooo nice!) dan menerangkan secara detail prosedur anastesi yang akan doi lakukan. Ruang operasi penuh dokter dan perawat... dan alat-alatnya itu... hiiiiiiii (ngeri!!!) bertebaran di meja panjang di dekatku. Di samping kananku (di kepala), David menggenggam erat tangan kananku. Pada saat operasi dimulai, saya berbisik pelan: Bismillaahirrahmaanirrahiim...

  • Pukul 16:08 sore
    Suara tangisan bayi memenuhi ruang operasi yang sebelumnya cuma di'hiasi' dentingan alat operasi dan suara dokter Fauzia yang memberi instruksi ini itu ke asisten dan perawat. Ketika saya lihat anakku dibawa melewatiku untuk dibersihkan, setengah berteriak suaraku memecah ruang operasi: "Assalaamu'alaykum Naaaaak!" sambil airmata jatuh satu-satu dan dilap sama David yang masih duduk mendampingi saya di meja operasi. Beberapa saat kemudian, bayi kami diserahkan ke David dan si Ayah mulai mengadzan dan meng-iqomatkan Zahra dengan fasih dan tegas (meski sempat juga ada bagiannya yang suaranya rada 'tercekat'... mungkin karena haru) dan saya memandangi dua orang tersayangku dengan mata berlinang (kayak sinetron saja di'?! hehehe).

    Zahra usia kurang dari 8 jam

    Zahra Shirley Kearns
    February 5th, 2007 -- 17 Muharram 1428 H

    8 lbs 2 ounces -- 3.7 kilogram
    21 inches -- 53.3 centimeter
    APGAR Score: 9/9

  • APGAR score-nya Zahra 9 dan kemudian lima menit setelah dia dilahirkan score-nya kembali 9 (9/9) dari score sempurna 10. Alhamdulillaah... kami dianugerahi Allah putri yang cantik dan juga sehat! Muka Zahra waktu pertama kali saya lihat dengan jelas sewaktu diadzankan Ayahnya miriiiiiiiiiiiiip sekali dengan muka Attong, adik bungsuku pada saat doi masih bayi... juga mirip dengan Nabila (Lala), kakak sepupunya (anaknya Kak Ina yang nomor 2). "Bracelet ID" yang ketiga dipasang lagi... kali ini bukan cuma saya, tapi juga di pergelangan kaki Zahra, transponder di talipusarnya, dan di pergelangan tangan David. Nomor ID kami: 88266

    Transponder 88266 Too many bracelets
    Transponder di pusar Zahra dengan barcode yang sama dengan salah satu dari 3 gelang pengenal (ID bracelets) di tanganku

    Setelah Zahra diambil lagi untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis anak, saya kemudian tertidur pulas (saat itu masih di"kerjai" sama dokter) sambil tetap menggenggam tangan David. Waktu terbangun, saya sudah tidak di ruang operasi lagi tapi sudah dikembalikan ke ruang bersalin (ruang sebelumnya).

  • Pukul 19:00 malam
    Dibawa ke ruang perawatan 369. Akhirnya kami bisa 'settled' deh... ini akan jadi ruangan kami sampe' saatnya pulang ke rumah nanti. Kakiku sudah bisa kugerakkan sedikit tapi rasa kebal/numb-nya masih kuat sekali dan rasa perih sehabis operasi sudah mulai agak terasa. Alat kontrol untuk menambah dosis obat penghilang rasa sakit (painkiller) saya "on"kan setiap sudah mulai terasa sakitnya di bekas jahitan operasi. Untuk sementara (sampe' menunggu -- maaf -- kentut), saya tidak bisa makan makanan solid... jadinya cuma minum apple juice, teh manis, dan minum air putih sebanyak-banyaknya. Haus bo'! sejak jam 4 subuh cuma "makan" ice chips...

  • Pukul 19:30 malam
    Zahra dibawa ke kamar dan saya bisa ketemu lagi dengan anakku... memandang mukanya sepuas hati. Bahagianya ndak bisa dilukiskan!!! She's sooooo beautiful! Mukanya muka Indonesia... dan kulitnya sama dengan Ayahnya .

  • Pukul 20:00 malam
    Zahra's first stool alias béol pertama: meconium yang cukup banyak!

  • Pukul 20:10 malam
    Pertamakalinya mencoba menyusui Zahra. Rasanya bangga dan lengkap sudah diriku jadi perempuan... alhamdulillaah!!! Zahra langsung "pintar" deh... padahal kata dokter biasanya bayi butuh waktu juga untuk belajar menyusui saat pertamakali... but my little baby's already an expert!!! Colostrum yang tersedia semua doi sikat habis (hehehe). I'm soooo proud of you, Nak! Sisa malam kami habiskan bertiga di kamar (tidak lupa nonton Heroes di tv, hehehe). David tersenyum dan bilang kalo sejak terbangun dari tidur tadi sore, saya tidak pernah berhenti tersenyum (meski masih lemas habis operasi). Saya balas dengan bilang, siapa yang tidak tersenyum kalo mendapatkan anugerah terindah punya suami dan anak yang sangat saya sayangi dan menyayangi saya? Ah...

  • Mengaso sejenak setelah hari yang panjang
    Legaaa... setelah hari yang panjang. Tanda pengenal pink di baju si Ayah itu ID sementara untuk bisa masuk ke RS selain gelang/bracelet di pergelangan tangannya.

    Changing diaper
    Malam pertama Zahra diurus sama Ayah... soalnya Bunda blum bisa bangun dari tempat tidur karena pengaruh obat bius yang masih mematirasakan pinggang ke bawah.

    Syukur karena di kamar ada couch/sofa yang bisa diubah menjadi tempat tidur buat David tidur. Meskipun tentu saja tidak senyaman di rumah, tapi paling tidak rasanya aman menghabiskan malam pertama bertiga... alhamdulillaah...


Selasa, 6 Februari 2007

  • Pagi-pagi diambil sampel darah lagi (2 vials) dan setelah memberi Zahra ASI dan dibawa ke nursery room oleh perawat saya tertidur kembali sampe' jam 11 siang sementara David pulang ke rumah di Rockville.

  • Antibiotik diberikan melalui IV (3 kali/dosis dalam 24 jam) untuk mencegah infeksi pasca operasi; kateter dilepas; dan mulai "belajar jalan" dengan dibantu perawat Sarah. Lutut masih lemas sekali... tapi senang juga bisa bangkit dari tempat tidur (bosan berbaring terus!). Karena sudah passing some gas (hee hee) bisa deh makan (yay!!! lapar bo'!). Waktu David kembali dari rumah, saya sudah cantik (cieeee!!!) habis lap badan dan rasanya segaaaaaaaaar!!! And guess what??? Rambut gondrong Ayahnya Zahra sudah "hilang", hee hee... ternyata waktu balik ke Rockville, David sempatkan untuk singgah di tukang cukur dan potong rambut. Good job, Ayah!!!

  • Oh iya, kedua kakiku masih bengkak... juga muka dan kelihatannya kalo saya baru saja habis di"tinju" karena muka rada lebam . Kata dokter sih ini normal karena pengaruh "pushing" (saking nafsunya mo melahirkan normal... ternyata... *hiks*)

    24 jam pertama setelah kelahiran Zahra
    Meski masih lemas karena pengaruh epidural, kakiku sudah cukup kuat untuk jalan di dekat tempat tidur dan menggendong Zahra. Lihat deh itu mukaku masih kelihatan lebam kayak habis ditinju, hehehe...

  • Kontrol painkiller yang dipasang melalui IV juga dilepas dan diganti dengan minum (oral) painkiller Percocet 2 butir tiap 4 jam dan Ibuprofen (dosis tinggi) tiap 6 jam.

  • Mengisi aplikasi untuk Akte Kelahiran (birth certificate)-nya Zahra.

  • Sore, Zahra dijenguk sama kakaknya Ali (anak adopsinya David), trus malamnya kami juga dapat kunjungan dari kakaknya Iman dan mamanya Kak Iman (tante D). Dapat hadiah deh... juga kiriman bunga yang cantik lengkap dengan balonnya dari Tante D.

  • Berat Zahra berkurang, sekarang tinggal 3.546 kilogram. Sekedar info, memang bayi akan kehilangan berat badan sekitar 10% dari berat lahirnya.

  • Malamnya, salju turun cukup lebat... heh... finally!

  • Menjelang tengah malam, dokter Fauzia datang menjenguk dan memeriksa bekas operasi (irisan bekas operasi ditutup dengan staples!!! Yup, bukan dengan 'jahitan' lagi tapi dengan surgical staples yang betul-betul kayak staples alias klip kertas itu eh) dan kondisi rahim pada saat saya baring memberi ASI Zahra. Semalaman Zahra tidur di sampingku... rasanya . And I keep telling myself (proudly): Ya Allah... sekarang saya sudah jadi Ibunda!!!!


Rabu, 7 Februari 2007

  • Subuh, Zahra dibawa ke nursery room untuk kemudian divaksin Hepatitis B dan diambil sampel darah di tumitnya.

  • Alhamdulillaah... pagi jam 9 ASI-ku sudah keluar (plus colostrum)

  • Tekanan darahku diambil beberapa kali karena dianggap cukup tinggi... tapi bila berbaring cuma berkisar 128/80 (pengaruh apa ya?). Kondisi rahim sangat bagus (sudah mengecil -- pengaruh yang sangat bagus dari breastfeeding) dan pendarahan (darah nifas; locchia) pasca melahirkan terhitung "mild". Alhamdulillaah... Hari ini juga cuma bersihkan badan dengan lap basah, blum berani mandi karena masih ada jarum IV di lengan kiri (lenganku ini juga lebam berat karena sempat pecah pembuluh darah waktu diambil sampel darah pertamakalinya sebelum Zahra lahir).

  • Karena sampe' hari ini blum juga BAB, perawat memberikan 2 butir tablet untuk melembutkan faeces. Payah juga kan kalo makan mulu trus ndak BAB??? hehehe.

  • Kondisi Zahra cukup bagus meski ada jaundice (kita kenalnya dengan "kuning" pada bayi yang baru lahir) tapi kadarnya masih dalam kategori normal untuk newborn. Setelah memberi ASI Zahra, saya "jemur" dia di depan jendela besar dimana cahaya matahari masuk memenuhi ruang perawatanku. Siangnya, anakku juga sudah menjalani Hearing Screening alias tes pendengaran... and she passed!!! Yes!!! Alhamdulillaah...

  • Makan malam dengan Nasi Goreng-nya Satay Sarinah dibelikan sama mamanya Iman.

  • Berat Zahra berkurang lagi menjadi 3.3329 kilogram.

  • Dokter Fauzia kembali datang menjenguk menjelang tengah malam (ini waktu jaganya doi). Waktu itu saya sedang menyusui Zahra dan David lagi kerja (kodong suamiku... biar tong on paternity leave masih tetap saja kerja *sigh*... yaaahh, namanya juga kejar setoran, hehehe... kayak sopir pété'-pété' saja!). Dokter bikin ka' terharu pada saat beliau bilang ke saya: "I am so proud of you... and it's a blessing to have met you two (maksudnya, saya dan David)". Awwwwww!!!!


Kamis, 8 Februari 2007

  • Tidur semalaman dengan Zahra di sampingku! Pokoknya rasanya gimanaaaaaaa gitu... bahagia, bangga... alhamdulillaah dikasih kesempatan sama Allah merasakan nikmatnya jadi Ibunda...

  • Tekanan darahku sudah turun: 123/65 mmHg. Mungkin karena saya mulai rileks dan tidak terlalu tegang dengan urusan rumah sakit dan "teman-temannya". Semalaman juga tidurku menyamping karena menyusui Zahra (setiap kali saya diambil tekanan darah dengan tidur menyamping pasti tekanan darahku jadi "normal") dan tidurku semalam nyenyaaak sekali!

  • Jarum IV yang nempel dengan setia di lengan kiriku akhirnya dilepas juga *whew* dan akhirnya bisa mandi deh (rasanya enaaak skali mandi shower setelah tiga hari cuma "mandi" lap basah). Daaaaan... akhirnya (lagi) bisa BAB berkat bantuan "Seina" alias tablet pelembut faeces... yay!!! It's a big thing bisa pup after a major surgery! Iya, c-section termasuk "operasi besar", FYI.

  • Konsultan ASI (lactation consultant) rumah sakit, Peggy Raedy datang mengunjungi kami persis pada saat saya menyusui Zahra. Dia sangat terkesan karena saya "keras kepala" tetap memberi ASI Zahra meski ini "botol ASInya Zahra" sudah lecet-lecet , hehehe. Saya bilang, I want the best for my baby... I'll do everything to give her the best!". Beliau juga memberikan tips dan petunjuk singkat untuk mengatasi beberapa masalah yang dihadapi oleh ibu yang menyusui bayi, dan memberi semangat untuk "pantang mundur" dalam memberikan ASI kepada Zahra dan memberikan kartu namanya untuk saya hubungi kapan saja kalo ada yang hendak dikonsultasikan masalah ASI.

  • Jam 11 siang, saya ikut "discharge class". Ini kelas dimana para "ibu baru" mendapatkan informasi umum tentang peran mereka setelah keluar dari rumah sakit, dibawakan oleh seorang perawat senior. Lumayan informatif sih dan kami dapat brosur serta diaper bag dari sponsor rumah sakit.

  • Dokter datang memeriksa dan bilang kalo kami sudah bisa pulang ke rumah besok. Yay!!! Alhamdulillaah!!! Paling tidak bisa tidur nyaman di tempat tidur sendiri... yeah, I miss my bed and my sweet home so much!


Jumat, 9 Februari 2007

  • Pagi-pagi Zahra dibawa oleh perawat untuk diperiksa terakhir kali oleh dokter anak (pediatrician) rumah sakit Dr. Reese sebelum kami pulang ke rumah. Alhamdulillaah, semuanya bagus dan normal. Jadi ingat dua hari sebelumnya waktu Dr. Reese dan salah satu dokter residennya visite ke ruangan kami, beliau sempat bilang: "You have a very healthy little girl there!". Alhamdulillaah... I am sooo proud of gadis kecilku!!!

  • Zahra dengan Ayah dan Bunda menjelang meninggalkan rumah sakit Zahra dan Bunda menjelang pulang ke rumah

  • Setelah packing dan mengurus administrasi rumah sakit untuk mendapatkan surat-surat pentingnya Zahra yang akan diberikan kepada dokter anaknya kelak (David sudah bikin appointment hari Senin nanti untuk bertemu salah satu dokter anak di Child First yang ada di Shady Grove -- sekitar 10 menit by car dari rumah), kami menunggu datangnya dokter obgyn residen untuk melepas staples -- yang akhirnya datang hampir jam setengah satu siang. Awalnya ngeri juga... tapi ternyata tidak sakit sama sekali! Luka bekas incision yang awalnya direkatkan dengan surgical staples sekarang digantikan dengan "selotip" M3! Amazing ya!!! Next time, mungkin sudah tidak pake' staples dan "selotip" lagi... tapi pake' "LEM" yang lebih canggih dan lebih cepat proses penyembuhannya! Oh iya, alhamdulillaah... luka bekas operasiku tertutup dengan baik dan tidak ada pendarahan sama sekali.

  • Setelah Zahra siap (good job, Ayah!) dan si Ayah mengambil stroller dan carseat buat Zahra, kami kemudian meninggalkan rumah sakit pada pukul 13:20 siang.

    Getting ready And we're good to go
    Awalnya Zahra mo pulang pake' pink snowsuit hadiah dari Grandma-nya di CA, tapi karena carseat-nya ndak muat karena snowsuit-nya kelewat tebal akhirnya pake' overall The Pooh yang dibelikan Ayahnya. Here we go... siap untuk pulang ke rumah!

  • Tiba di rumah jam 14:02 (setelah sebelumnya singgah di apotek menebus obat painkiller buatku). Kami tiba... membawa "oleh-oleh" terindah dari Allah: Zahra Shirley Kearns... gadis kecil permata hati penyejuk mata dan jiwa kami... Kita sampe' di rumah, Nak!

    We're home! Finally at home in the TV room

  • Malam pertama di rumah, alhamdulillaah... kami berempat (malamnya Iman datang diantar mamanya untuk nginap dengan kami -- atas permintaannya... mo lihat adeknya katanya) lewati dengan sukses! Zahra tidak rewel dan saya sangat enjoy, menikmati bangun mengganti popok dan menyusui Zahra.

Begitu deh cerita lengkapnya proses kelahiran Zahra sampe' waktu kami tiba di rumah. Alhamdulillaah... kami dapat banyaaak sekali ucapan selamat dan doa. Terima kasih yang tidak terhingga buat semua... saya dan David meng-Amiiin-kan semua doa yang terkirim buat kami dan Zahra . Insya Allah, Zahra kelak jadi anak yang shalihah, bersih dan mulia hatinya dan cemerlang otaknya... yang jelas dia sudah membawa begitu banyak bahagia dalam keluarga kecil kami. Sekali lagi terima kasih... dan semoga Allah swt membalas semua kebaikan orang-orang tercinta yang mendoakan kami dengan tulus... Amiiiiiiiiiin!!!

Salam cinta dan sayang dari Zahra dan Bundanya buat orang-orang tercinta...

2 comments:

Noah and momsie said...

iihh so cute si Zahra!!! So small and cute! Well not really small dia lebih tinggi dan berat dari si Noah pas Noah lahir sih lol

Salam hangat,

Nadia

Anonymous said...

Awww jadi ikut terharu Kak Yaty. Selamat sekali lagi ya buat baby Zahra yg so beautiful.
Duh aku jadi inget tuh abis c-section emang paling menderita kodong karena ndak bole makan waktu itu saya sempat di kasi kaya es lolipop rasa buah sama susternya eh tapi sangkin napsunya abis makan 2 potong langsung muntah hehehehe. Balala ki bela!

Sun sayang buat pricess Zahra ya Kak. I love the name, so beautiful.

Hugs & kisses from us.
Alexander & his mommy.