Wednesday, June 14, 2006

Perjuangan pun dimulai

Saya tidak tahu kalo menjadi calon ibu itu tidak hanya melewati masa mual karena morning sickness (yeeee... namanya ji "morning" -- menipu lawan --, karena mual itu maunya datang kapan saja... mo afternoon, night, etc... suka-sukanya si mual kapan mo datang 'berkunjung'), badan (terutama perut) membuncit, sampai perjuangan melahirkan. Ternyata... tidak cuma itu. Tidak sama sekali!

Berbekal lembaran "perintah" dari dokter untuk Lab dan alamat Lab (well, ini untuk kedua kalinya saya ke Lab ini setelah bulan Maret kemarin juga), pagi tadi jam 7:30, saya diantar David untuk diambil darah untuk memenuhi serangkaian tes (yang kata David, "it's routine for pregnant woman") yang diminta dokter. Daftar tes yang diminta panjang sekali! Yang jelas, semua item di
artikel ini kayaknya ada di daftar itu, termasuk juga Toxoplasmosis, urinalysis. Bulan Maret kemarin darahku yang diambil 4 tabung (vial). Dan kalo melihat rangkaian tes yang diminta dokter di lembaran itu, waaaah bisa-bisa 10 tabung nih, pikirku. Begitu selesai mendaftar, petugas lab memeriksa surat pengantar dari dokter dan mmmm... glucose screening... saya disuruh minum sejenis juice glukosa dan harus habis dalam 5 menit (rasa jeruk... kayak nutrisari tapi ditambah bersendok-sendok gula) dan menunggu 1 jam. Ah... satu jam??? Saya bilang ke David, coba bawa buku atau my Nintendo DS... pasti tidak tegang dan bosan menunggu seperti ini. Satu jam menunggu... sambil bercanda dan cerita-cerita sama David (dia bela-belain ijin dari kantor untuk datang terlambat), mengamati orang-orang yang keluar masuk Lab, diselingi mual-mual yang memang sejak dari rumah sudah bikin rasanya mukaku jadi ijo . Memang sejak tiga hari belakangan ini, setiap bangun tidur saya pasti mual-mual. Habis isi perut, alhamdulillaah mualnya hilang. Tapi sore sekitar jam 2-3 mual lagi... dan biasanya habis makan malam mual juga. Menjelang tidur sehabis minum vitamins (yang besarnya semua kayak jempol, hiiiii!!!) ya... mual lagi deh! Jadinya, morning, afternoon, evening and night sickness? hehehehehe...

Honestly, saya paling tidak suka bersentuhan dengan yang namanya urusan dokter-lab dan kroni-kroninya (hehehe). Pertamakali seumur hidup yang namanya diambil darah adalah pada saat saya tes kesehatan sebagai CPNS sekitar 10 tahun lalu. Trus waktu tes kesehatan kelengkapan visa untuk sekolah ke Canada, dan terakhir pada saat tes kesehatan kelengkapan visa (lagi) ke US. Tapi tidak ada yang ngambil darahnya sampe' lebih dari selusin (13)
vial kayak yang saya alami tadi! Beginilah resikonya jadi ibu hamil pada umur di atas 35 tahun! :).

And let me tell you about what happened this morning... it didn't go smoothly at all! Pertama, perawat yang dapat tugas mengambil darahku tidak bisa dapat tempat yang tepat, meskipun sudah tusuk sana tusuk sini (both arms!). Dia menyerah. Ganti dengan perawat lain (kali ini laki-laki separuh baya yang ramah dan baeeek sekali!) jarumnya berhasil masuk di lengan kanan. Tapi itupun darah yang tertarik lambaaaat sekali sehingga dia pake goyangkan tangan dan segala macam deh (and I've already told them that I do have a low blood pressure). Baru 5 vial yang terisi, saya tiba-tiba merasa tidak enak seperti berasa akan pingsan. And I did pass out! Saya berusaha tahan supaya tidak "out" sama sekali. Saya turunkan kepala dan minta minum sama David (masih kelihatan preman-nya kan? meskipun sudah hampir ko-it, hehehehe). Blum juga minum, saya sudah muntah-muntah. Untung perawatnya sigap menarik tempat sampah yang ada di ruangan itu, so I didn't make any mess at all :S. Keluar deh semua juice glukosa (memang perutku kosong karena memang diminta tidak makan/minum apa-apa sebelum tes). Begitu habis muntah, rasanya sudah baikan. Supervisor perawat/lab akhirnya mengambil alih dan menjelaskan kalo reaksi seperti itu wajar setelah minum juice glukosa... apalagi dalam keadaan hamil kayak saya. Masalahnya, darah yang diambil belum cukup untuk keperluan daftar tes yang diminta dokter. Lagi??? Astaghfirullaah...

Bapak supervisor akhirnya menelepon my obgyn dan ibu dokter minta supaya semua tes tetap dijalankan (as I said... begini lah jadinya kalo masuk golongan beresiko kayak saya). Ya sudah. Saya juga berpendapat lebih baik diselesaikan saja. Supervisor itu bilang kalo dia sendiri yang akan menangani (mengambil darah) saya, dan diambilnya sambil berbaring (sebelumnya ya duduk) untuk memudahkan menarik darah dan mengantisipasi jangan sampai saya pingsan lagi. Alhamdulillaah... memang terbukti kalo doi supervisor. Satu kali nyari nadi di lengan kiri, langsung dapat dan proses narik darahnya cepat sekali hingga terisi semua 7 vial lagi. Saya juga tidak merasa aneh-aneh lagi. Bahkan pake' senyum-senyum lihat David yang terus-terusan bercanda di belakang bapak supervisor.

It was such a looong morning. Dengan "oleh-oleh" 4 bekas tusukan jarum di kedua lengan, kami pulang ke rumah setelah sebelumnya singgah beli pastry untuk makan pagi. Alhamdulillaah... berhasil lewati yang pertama. Kata orang, ini belum seberapa. Rutin secara berkala akan begini lagi selama 8 bulan ke depan, insya Allah. Takut? Tentu saja. Tapi semua demi kebaikanku dan anakku. Saya ikhlas menjalani semua. Tapi saya jadi berpikir... apa kalo di Indonesia saya juga akan mengalami "perjuangan" yang sama? Belum lagi perjuangan untuk membuat otakku "amnesia" dengan enaknya berada di antara orang-orang tercinta di Makassar... saya membayangkan Ibu dan kakak-kakakku pasti akan memanjakan... makan makanan khas Makassar (mmmm.... coto dan jalangkoté salahutu!). It's not easy. Blum lagi kayaknya selama sebulan ini saya jadi gampang sekali terharu alias céngéng bukan main. Baca postingan teman-teman di
IUC bikin saya menangis, mendapati temanku yang di tanah air rajin sholat dan sampe disini tidak ingat lagi untuk sholat membuat saya menitikkan airmata (dan vent ke David... why???)... dan tadi... masa' cuma gara-gara lihat para pemain tim Saudi Arabia sujud syukur karena berhasil menyarangkan bola (gol) ke gawang Tunisia, saya jadi bercucuran airmata. Aih aih... Yaty yang "preman" ke mana nih?!

Nikmati! begitu pesan Kak Ina. Kalo ko nikmati, insya Allah semuanya mudah.

"It's all good, Baby! And I'm always here for you...", kata David di sampingku menenangkan. I know... I know.
Dia akan melakukan apa saja untuk memanjakan dan memenuhi semua keinginanku, untuk memudahkan "perjuangan"ku.

Berbekal itu dan doa orang-orang terkasih, saya yakin semuanya akan dimudahkan-Nya, insya Allah...

1 comment:

Anonymous said...

Bunda.... saat ini aku juga merasakan hal yang sama. Pertama kali membaca tulisan bunda, aku hanya bisa tertawa, karena ternyata aku tidak sendiri. Bahkan suamiku yang begitu hafal akan diriku, merasa kebingungan dengan perubahan emosiku yang begitu fluktuatif.