Thursday, February 22, 2007

Tujuh belas hari...

Kunjungan rutin ke pediatrician kedua (2 WEEKS): Kamis, 22 Februari 2007
Usia Zahra: 2 minggu 3 hari (17 hari)
Berat Badan: 9 lbs 2 ounces -- 4.139 kilogram (75th percentile)
Tinggi: 21.75 inches -- 55.25 centimeter (75th percentile)
Lingkar kepala (head circumference): 14 inches -- 35.56 centimeter (50th percentile)

Kunjungan berikutnya insya Allah pada saat Zahra berumur (lebih) sebulan, tanggal 14 Maret 2007.

Latihan otot leher dengan moppangPada pemeriksaan kali ini, Zahra diambil sampel darahnya di tumit. Hiks... ndak tega rasanya lihat dan mendengar anakku menangis, jadi sebelum di'tusuk' sama Nurse Maggie saya berikan Zahra ke Ayahnya untuk digendong. Waddooh!!! Bagemana nanti kalo Zahra diimunisasi di bulan kedua yang sampe' 4 vaksin ya? Kodong anakku!!! Anyway... selain exercise alias latihan moppang (Bahasa Bugis = telungkup; on her tummy) selama lima menit, dokter Burns juga sempat membersihkan sisa darah kering di pusar Zahra. Oh iya, sisa potongan tali pusarnya Zahra 'lepas' pada hari kesembilan (14 Februari 2007 -- pas hari ulang tahun kakaknya yang ke-10). Mestinya pada saat itu saya sudah bisa mandikan Zahra di bak mandi (tub bathing), tapi masih takut-takut karena kelihatan di pusar Zahra masih ada sisa darahnya. Alhamdulillaah... tadi sudah dibersihkan sama dokter, jadi sudah bisa mandi di bak nih... yay!!! Hee hee... Bundanya yang heboh mo mandikan Zahra... bosan kan Nak "mandi" cuma pake' lap basah???

9 lbs 2 oz usia 17 hari, tambah 0.5 kg dalam 10 hariDokter juga jadi surprised karena dalam 10 hari pertambahan berat Zahra sampe' 1 pound/lbs dan 2 ounces (kurang lebih 0.5 kilogram)! padahal sudah saya beritahu kalo sekarang Zahra minum ASI-nya sudah terjadwal sendiri tiap 2-3 jam. Padahal klo tanya saya, ya maunya ndak dijadwal... kan kasihan kalo doi emang lapar trus harus tunggu sampe' waktunya baru dikasih ASI! Tapi ternyata Zahra yang 'menjadwal' dirinya sendiri, hee hee. Well, guess what... I have a very smart kid!

Memang, meski saya beri ASI tiap 2-3 jam tapi Zahra memang "makan"nya cukup lahap (hehehe). Awalnya saya berpikir untuk memompa ASIku sebagai cadangan, tapi ternyata tanpa dipompa pun sudah berlebih... alhamdulillaah! Betul-betul kuasa Allah ya... produksi dan volume ASI itu sesuai dengan 'demand'nya si bayi. Semakin sering bayi menstimulir dengan mengisap ASI, semakin banyak ASI yang diproduksi. Padahal terus terang, saya sempat khawatir karena c-section produksi ASI tidak akan mencukupi (well, don't ask me why... I read it somewhere). Tapi setelah lihat pengalaman Mommy-nya Alexander di Alabama yang meski melahirkan lewat c-section tapi tetap memberikan ASI pada baby Alexander (Abangnya Zahra ini, Alexander Ananta Rohn lahir di awal Desember 2006), saya jadi semangat deh (Thanks buat Oyen! *muah*). Zahra and Bunda at the Child FirstDan terbukti kalo memang meski lewat c-section tidak berarti produksi ASI akan 'mengkhawatirkan'. Memang harus bertekad kuat kalo mo memberi ASI... kalo tidak, yakin deh bakal menyerah di 'tengah jalan' (minggu-minggu awal setelah melahirkan) karena banyaknya "SAKIT" yang kadang bikin kita rasanya mo menjerit saja setiap kali memberi ASI *hiks*. Saking lahapnya si Zahra kalo "makan" kadang kalo lewat jadwalnya, dia suka beringas klo lihat "botol"nya! Seberingas apapun dia, saya selalu disiplin membaca doa (dikeraskan, dengan harapan insya Allah nanti Zahra jadi terbiasa berdoa) sebelum makan buat Zahra sebelum memberi ASI. Bahkan subhanallaah... kalo saya mulai membaca doa, biasanya beringasnya berkurang dan tinggal berdehem-dehem tak sabaran sambil memandangi muka saya, hehehe. Begitu disodori "botol"nya... langsung deh disambar, hahaha! Ayahnya yang menyaksikan itu, langsung berkomentar (weks... lalé mi sédéng Ayah eh!? hehehe): "Take it easy, Tiger! Be gentle! Those are mine too, you know!" Hahahaha!!! David memang memberi Zahra nickname: "Tiger". Pernah saya protes, saya bilang knapa anak perempuan dikasih nama Tiger? kan biasanya anak cowok yang diberi "gelar" seperti itu? Eh, si Ayah balik protes: Siapa yang bilang? Macan (tiger) kan bukan cuma cowok (jantan) saja??? Iyo deeeeng... Mungkin harapan si Ayah, Zahra kelak jadi macan... eh salah... maksudnya kuat kayak Tiger, hee hee... Aummmm!!!

Gayanya Zahra kalo lagi nyenyak tidur... sambil mikir, hehehePerkembangan lain Zahra sampe' hari ini cukup banyak dan pesat. Sudah dua pagi belakangan ini berturut-turut kalo dia bangun untuk "makan" di pagi hari, setiap kali saya memberi salam "Assalaamu'alaykum, cintanya Bunda yang shalihah!"... "Selamat pagi"... "Good morning, Love!"... "Ohayou gozaimasu"... (saya selalu/rutin memberi salam seperti ini dalam semua bahasa yang saya tahu setiap pagi ke Zahra)... Zahra memandangi saya dan kasih senyum yang LEBAAAAAAAAR sekali!!! Masya Allah!!! rasanya seberat apapun hari menanti, semua akan terasa ringan bagai kapas bila mendapatkan 'berkah' senyum seperti itu dari buah hatiku. Ah, I love you soooo much, my little Tiger! Trus, kemarin ada yang lucu sampe' saya ketawa besar lihat tingkah Zahra yang menggemaskan. Bagemana tidak? dia super kaget (sampe' terhenyak gitu) waktu mendengar suara kentutnya sendiri! hahahaha!

Sebenarnya Zahra anak yang cukup anteng alias 'gampang diurusin'. Seperti bayi baru lahir lainnya, asalkan kenyang dan tidurnya cukup doi pasti tidak rewel. Tapi dua hari lalu (tanggal 20 Februari), untuk pertama kalinya Zahra rewel bukan main sampe' saya rasanya ndak tahu mo bikin apa *hiks*. Semua kayaknya oke oke saja... saya cek nangisnya pun bukan tangis kesakitan (misalnya karena sakit perut atau colic), tapi super manja. Begitu diletakkan (meskipun di bouncer yang jadi tempat kesayangannya sekarang untuk napping), Gayanya Zahra kekenyangan, hehehelangsung deh merajuk :(. Nanti setelah saya baringkan di samping saya di tempat tidur baru deh doi bisa tertidur nyenyak *whew*. Sampe' sekarang memang Zahra masih tidur di samping saya kalo malam. Masih blum tega menidurkan dia di tempat tidurnya sendiri. Tadi dokter Burns sempat juga tanya tentang itu dan dengan malu-malu saya bilang kalo saya blum tega tidur terpisah dari anakku di malam hari. Jangan dikira ini bagian dari "budaya melayu", hehehe... soalnya adik iparku juga masih tidur dengan bayinya yang saat ini sudah berusia 6 bulan. Selain soal perasaan aman kalo sang bayi tidur di samping kita, juga dengan cara ini akan sangat mudah bagi kami kalo waktunya menyusui... meskipun pada minggu pertama saya selalu bangun untuk duduk menyusui Zahra di malam hari (karena bagemanapun akhirnya harus burping her dengan menegakkan badannya dan menepuk punggungnya untuk bersendawa). Sekarang malah meski di-burp-kan dia juga ndak akan burp (bersendawa) karena kalo tidur menyamping sambil ber-ASI-ria hampir tidak ada udara yang masuk... nempelnya kencang bo'! hehehehe...

Belanja di GiantEh iya, Zahra juga gampang 'diajak' keluar rumah... asalkan sudah kenyang dan waktu di luar tidak lebih dari 2.5 jam. Apalagi doi kelihatannya tidak suka di"ikat" di carseat-nya. Bayangkan mi frustrasiku kalo dia nangis di mobil dan kami lagi di highway (memang jadwalnya dia minum ASI), saya tidak bisa bikin apa-apa karena peraturannya ketat kalo bayi harus 'terikat' di carseat selama mobil jalan, no matter what. Klo kita (di tanah air)kan bisa menggendong anak di mobil (blum ada peraturan ketat tentang carseat untuk bayi)... entah itu sekedar menenangkan atau juga langsung menyusui. Kali pertama Zahra kami bawa keluar adalah pada saat mengantar kakaknya pulang ke Alexandria, pada saat Zahra berumur 6 hari. Saat itu, Zahra tidak rewel sama sekali meski udara lagi dingin-dinginnya. Trus, sehari setelah itu kami bawa Zahra ke dokter anaknya untuk pertamakali (baca: Seminggu...). Klo belanja ke grocery store dekat rumah juga dia kami bawa (hehehe... abis mo ditinggal sama siapa di rumah?). Sampe' sekarang pun kami selalu bawa Zahra dalam rutinitas mengantar jemput kakaknya (Iman) tiap weekend dari dan ke Alexandria (VA).

Eh, kalo cerita soal Zahra ndak ada habis-habisnya deh. Klo mengenai Bundanya (hee hee... ndak mo kalah tawwa!), alhamdulillaah lewat dua minggu ini semua pakaian termasuk jeans jaman sebelum hamil sekarang sudah muat lagi (yay!!!). Malah tadi waktu ke dokternya Zahra ada ibu yang bawa bayinya untuk kontrol juga mengira kalo Zahra bukan anakku karena katanya saya tidak seperti perempuan yang baru dua minggu lalu melahirkan. Hehehehe. Padahal saya sama sekali tidak diet (si Ibu itu mengira saya diet -- setelah saya kasih tahu kalo saya betul Ibunya Zahra). Kan kasihan Zahra yang sepenuhnya bergantung sama ASIku. Klo diet (deeeh... sapa tong yang mo diet? sejak dahulu kala modelnya memang kurus) bisa-bisa produksi ASI jadi terhambat. Oh iya, luka bekas irisan operasi juga sudah kering sama sekali... meskipun "selotip"nya blum dibuka. Nanti setelah dari dokter ob/gyn tanggal 3 Maret nanti baru deh dilihat. Sebenarnya kita disuruh datang sama dokter Fauzia untuk kontrol pasca melahirkan (untuk melihat luka bekas operasi) satu minggu setelah Zahra lahir tapi pada minggu pertama cuaca sama sekali tidak bersahabat dan kami "terperangkap" di rumah. Trus minggu kedua kita sudah telepon untuk bikin appointment tapi sistem komputer di kantor dokter Fauzia lagi 'down' jadi orang di sana ndak bisa menentukan Zahra and Bunda in the backyardkapan waktunya kita bisa berkunjung. Akhirnya ditetapkan tanggal 3 nanti... hopefully everything's gonna be just fine. Heh, satu lagi... soal "terperangkap" karena cuaca winter yang memburuk di minggu kedua bulan Februari ini, juga bikin Grandma dan Grandpa-nya Zahra dari California yang sedianya cuma bermaksud berkunjung selama 3 hari (tiba hari Sabtu dan pulang Selasa tanggal 13 Februari) akhirnya tinggal sampe' seminggu di Rockville. Pertama karena bandara sempat ditutup seharian hari Seninnya... trus pesawatnya ditunda... lalu dapat seat tapi adanya di tengah (tahu sendiri kan... mereka berdua sudah lebih 60 tahun... perjalanan jauh trus duduk di tengah-tengah sangat tidak nyaman... apalagi si Grandpa lagi kumat nyeri tulang belakangnya... kodooong!). So, mereka memutuskan untuk pulang hari Sabtu tanggal 17 Februari. Foto di atas saya ambil (dengan mengaktifkan otomatis shutter-nya dan meletakkan kamera di atas meja yang ada di halaman belakang) waktu kami pulang belanja grocery di Giant dekat rumah.

Sudah dulu deh cerita Bunda kali ini. Insya Allah nanti disambung lagi... Salaam...

Monday, February 12, 2007

Seminggu...

Kunjungan rutin ke pediatrician pertama: Senin, 12 Februari 2007
Usia Zahra: 7 hari/1 week
Berat Badan: 8 lbs -- 3.63 kilogram
Tinggi: 21 inches -- 53.34 centimeter
Lingkar kepala (head circumference): 14 inches -- 35.56 centimeter

Zahra at doc's officeHari ini Zahra genap berusia 7 hari dan juga merupakan hari kunjungan pertama kali Zahra ke dokter anak (pediatrik) di Child First Pediatrics sekitar 7 menit dengan mobil dari rumah. Alhamdulillaah, Zahra 'dapat' dokter yang baek sekali... namanya Dr. Liza Burns. And what a surprise... salah seorang perawat/nurse (Nurse Maggie) di sana adalah orang Indonesia (half Dutch)!

Zahra at first doc's appointmentSecara umum, perkembangan motorik dan pertumbuhan badan Zahra sangat baik... alhamdulillaah! Bahkan sSetelah dihitung berat dan pemeriksaan fisik oleh Dr. Burns, beliau cukup terkesan dengan pertambahan berat badan Zahra yang sudah hampir menyamai berat badan lahirnya. Sekedar informasi, berat badan bayi berkurang sebanyak 10% dari berat badan lahirnya pada saat keluar dari rumah sakit. Saya bilang ke dokter kalo saya betul-betul cuma kasih ASB (Air Susu Bunda, hee hee) ke Zahra secara eksklusif.

Sejak dari awal memang saya bertekad untuk memberikan Zahra hanya ASI, insya Allah bila produksi air susuku banyak dan lancar. Alhamdulillaah, sejak Zahra berusia kurang dari dua hari saya sudah mulai memberikan ASI. Sampai saat ini, Zahra minum ASI on demand... artinya ya kapan saja dia minta saya kasih. Tapi karena melihat perkembangan Zahra yang cukup bagus dan tidak ada kendala dengan ASI-ku, dokter Burns menyarankan untuk mulai menjadwal pemberian ASI ke Zahra tiap 2 atau 3 jam sekali pada pagi dan siang hari serta cuma "on demand" pada malam hari.

Oh iya, luka bekas operasi masih agak nyeri tapi dari skala 1 sampe' 10 sudah lumayan sih ada di level 3 artinya sakitnya sudah bisa ditahan, apalagi sekarang painkiller yang diresepkan dokterku sudah habis (dan tidak bisa diperpanjang lagi... takut nanti jadi junkies -- hee hee pinjam istilahnya Emaknya Uut di Indiana)... itupun Ibuprofen (dosis tinggi yang besarnya kayak obat untuk kuda, hahaha) yang bisa di-refill sampe' dua kali tapi blum sempat di-refill sudah saya hentikan.

Sedangkan kondisi "botol" ASI-nya Zahra masih super lecet kodong... tidak jarang saya harus meringis menahan sakit kalo memberi 'makan' Zahra. Ya lumayan dari yang saya baca, banyak Ibu baru yang memberi ASI mengalami infeksi, kelenjar susu yang tersumbat, sampe' kena demam segala. Kalo kasusku, alhamdulillaah... cuma lecet dan agak memar di nipple, syukur-syukur tidak bersamaan yang kanan dan kiri, hehehe. Makanya saya tidak heran kalo banyak ibu yang awalnya berniat memberi ASI eksklusif pada bayi mereka akhirnya harus menyerah pada minggu-minggu pertama karena banyaknya kendala yang dihadapi, terutama first time mother like me. Tapi saya memang sudah bertekad (sambil terus berdoa ke Allah) untuk bisa memberi ASI ke Zahra karena bagaimanapun komplit dan bagus (blum lagi mahalnya!)nya susu formula, tidak ada yang sebagus dan sekomplit ASI. Apa yang di"sedia"kan oleh Allah tentulah yang terbaik dan tidak akan sama dengan buatan manusia.

"Even though many Americans have the mistaken idea that today's infant formulas are nearly identical to human milk and that they are "almost as good as breast milk", that is not true at all. Compared to infant formula, breastmilk is so much better that there is no comparison! God knew what He was doing when He ordained our bodies to produce this amazing substance that makes babies thrive."

[Benefits and wonders of breast milk]

Alhamdulillaah, sampe' sekarang saya diberi Allah kesempatan untuk bisa menyusui Zahra karena ASI-ku cukup lancar dan banyak. Dan yang paling berkesan dari 'pengalaman' menyusui anakku adalah adanya perasaan bahagia yang lain daripada yang lain kalo waktunya memberi Zahra 'makan'. Rasanya setiap tetes ASI yang mengalir ke mulut anakku mewakili setiap detik kebersamaan dengan putriku dan tiap butir kebahagiaanku menjadi ibu... Ah, semoga tetap bisa istiqomah... Amiiiiiin!

Insya Allah, kunjungan rutin berikutnya tanggal 22 Februari nanti...

Sunday, February 11, 2007

Ketemu Grandparents Kearns dan IUC Gathering untuk Zahra

Hari ini hari sibuk (tapi membahagiakan) bagi kami. Pertama, karena hari ini untuk pertamakalinya Zahra bertemu dengan grandma dan grandpa-nya yang datang dari California khusus untuk menjenguk Zahra, cucu mereka yang ke-8. Mereka bawa hadiah jaket cardigan cantik buat Zahra dan juga hoodie warna merah.

Zahra and Grandma Zahra and Grandpa

Kedua, karena beberapa teman yang ada disekitar DC Metro Area dari IUC -- ini merupakan 'kampung virtual'nya orang-orang Indonesia yang menikah dengan warganegara Amerika -- yaitu: Veronica and Steve Burback, The Raithels (Eny, Tom, dan putra mereka Mark) yang datang jauh-jauh dari Delaware, Wita Doyle, Netty, dan Rita bikin lunch party untuk Zahra!!! They're soooo sweet!!! Masing-masing datang dengan membawa masakan Indonesia ... mulai dari appetizers kayak lumpia buatan Netty, trus makanan utama -- Kak Vero bawa gado-gado dan singaporean noodle; ayam goreng ala Netty; Eny bawa nasi uduk, opor ayam, dan perkedel kentang; Wita dengan sayur asam dan sambal terasinya yang ueeennaaak tenan!!! -- dan softdrink serta kue sus (cream puff) buatan Wita dan muffins-nya Rita.

Oh iya, selain bawa makanan, Eny Raithel juga bawa surprise besaaaaaaar!!! Doi tidak mo buka jaket besarnya meski kita sudah ketawa ketiwi di dapur. Usut punya usut, ternyata surprise-nya "disembunyikan" di balik jaket!!! Tadaaaaaaaaaaaaaaaaa!!! waktu buka jaket kelihatan deh tuh perut yang sudah gede!!! Yup, Eny lagi hamil 7 bulan !!! Curaaang oooyyy (ini "spank" sayang lho?! hee hee)!!! bisa-bisanya doi simpan rahasia sampe' 7 bulan... padahal kami sering chatting lho?! Dasar deh Tante Eny... bisa-bisanya dirimu!!! We're sooooo excited... insya Allah bulan Mei nanti kami bakal ke Delaware deh untuk melihat new baby boy of the Raithels! Whatta surprise!


Makanan utama dan lumpia di meja makan di dapur. Foto ini diambil dari albumnya Grandma-nya Zahra

Pokoknya, kami tinggal terima beres deh... bahkan piring, dan utensils (sendok, garpu, dan pisau) semua sudah mereka siapkan. Cuma minuman khas Teh Kotak Melati yang sempat David belikan malam sebelumnya *thanks, Honey* yang bikin lengkap lunch party kami.

Setelah makan-makan dan cerita (pake' ketawa besaaaaaaar sampe' kering gigi ), tiba waktunya buka kado. Eh iya, tidak cuma bawa makanan... teman-temanku yang tercinta ini juga bawa hadiah buat Zahra... Zahra dapat banyaaaaaaaaaaak hadiah deh... Foto-foto lengkapnya dapat dilihat DISINI.

Veronica-Ita-Netty-Wita-Yaty-Zahra-Eny
Foto-foto setelah buka hadiah... biarpun kami ribut ngobrol dan ketawa-ketawa, Zahra tetap saja adem... maklum doi juga lagi sibuk "makan", hee hee.
Dari kiri ke kanan: Kak Vero, Rita, Netty, Wita, Yaty dan Zahra, serta Eny dengan "surprise"nya.
(Klik gambar untuk melihat lebih jelas)

Buat Kak Vero dan Steve, Eny (beserta keluarga: Tom dan Mark), Wita, Netty, dan Rita yang sudah berbaik hati menyelenggarakan pesta buat Zahra lengkap dengan segala makanan yang yummy serta hadiah-hadiah yang cute buat Zahra, kami sekeluarga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga. Rasanya terharu... jauh dari kampung halaman dan keluarga besar, tapi saya merasa punya orang-orang disini yang juga peduli dan sayang pada saya... Semoga Tuhan membalas budi baik dan kasih sayang dari temans dengan banyak lagi rasa cinta dan berkah dari-Nya... Amiiiiiiiin!!!

Oh iya, pada hari ini juga jam 6 sore waktu Rockville, di Makassar tanggal 12 Februari 2007 jam 7 pagi, kambing aqiqahnya Zahra dibawa oleh Ibu, Ayah, dan adikku Attong ke Panti Asuhan dekat rumah di Makassar (pas hari ketujuh kelahiran Zahra). Alhamdulillaah, semuanya berjalan lancar, cuma sayang foto yang dikirim Attong lewat sms kecil sekali ukurannya... jadi ndak bisa dipasang di sini. Sebenarnya, dari jauh hari kami merencanakan untuk melaksanakan aqiqah di sini, sekalian syukuran pindah rumah (house warming; yang blum sempat-sempat kami laksanakan sejak pindah dari Alexandria) bahkan sudah menghubungi butcher dan sudah bikin plan apa yang akan kami buat nanti. Tapi ternyata rencana tinggal rencana , karena ternyata saya harus menjalani c-section (yang sama sekali tidak kami perhitungkan sebelumnya), rencana itu harus kami ubah berhubung David tidak mo ambil resiko dengan saya bersibuk-sibuk ria (cuma berdua dengan dia) sementara proses penyembuhanku pasca operasi jauh lebih penting. Akhirnya, kami mengambil inisiatif untuk melaksanakan kurban aqiqahnya Zahra di Makassar saja sekalian menggembirakan anak yatim, insya Allah. Kalopun Allah berkenan, syukuran yang tertunda akan kami laksanakan pada saat yang tepat .

Hari ini rasanya puas sekali rumah kecil kami dapat kunjungan dari keluarga dan sahabat tercinta. Terima kasih ya Allah atas nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada kami... Alhamdulillaahirabbil'aalamiin...

Friday, February 09, 2007

Lima hari pertama...

Cerita tentang proses kelahiran Zahra dan empat hari pertamaku sebagai Bunda...


Senin, 5 Februari 2007

  • Tengah malam
    Menjelang tidur, entah kenapa saya tiba-tiba saja ngomong ke David sambil senyum : "I'll wake you up around 4(am) because we're going to go to the hospital... I'm going to deliver our baby at 10am tomorrow morning!". David menjawab singkat: "That's not funny, Baby!"

  • Dinihari pukul 01:45
    Sejak kami berdua berangkat tidur sekitar pukul 12:30, saya sudah tidak bisa nyenyak tidur... rasanya "ada yang salah" entah apanya. Meskipun memang sudah beberapa hari terakhir sudah agak sulit tidur, tapi malam ini rasanya betul-betul tidak enak. Karena perut mulas dan serasa hendak BAB, saya kemudian turun untuk ke KM. Ah, apalagi yang tadi kumakan ya? Knapa malah jadi seperti diare? Setelah semua "terkuras" habis, saya kembali mencoba untuk tidur. Rasanya memang agak mendingan, tapi...

  • Dinihari pukul 02:15
    Terbangun lagi. Kali ini rasa mulas dan panggul terasa nyeri (senut-senut). Saya ke bawah lagi ke KM... bermaksud hendak BAK (maksudnya mungkin kalo habis BAK rasa mulas dan nyerinya bisa berkurang... hehehe... entah apa hubungannya). Wow!!! Ada bercak darah (pinkish discharge). Entah karena excited atau memang begitu adanya, panggul dan paha jadi gemetar dan rasa nyeri makin bertambah tapi stop dan kembali dalam interval kurang lebih 10 menit. Ah, ini kah yang namanya kontraksi??? Saya langsung kembali ke kamar, ganti baju dan bersiap-siap. David masih tidur.

  • Dinihari pukul 02:30
    Dengan perlahan, saya bangunkan David. "I think it's the time". David yang tertidur pulas jadi terbangun dengan mata membelalak bertanya jarak kontraksinya berapa lama? Saya jawab sambil senyum kalo sekitar 10 menitan. "Whaaat???" katanya dengan mata membelalak. Doi langsung minta saya menelepon ke HP dokter Fauzia untuk minta saran tindak. Ternyata dokter lagi jaga di rumah sakit dan minta saya langsung saja ke sana. David kemudian bersiap-siap... mandi dan berpakaian... sambil terus bertanya jarak kontraksiku. Bukan apa-apa... perjalanan ke VHC "makan" waktu sekitar 30 menitan. Dan sejarah di keluargaku yang boleh dibilang "quick delivery" bikin doi agak khawatir. Jangan-jangan nanti melahirkan di perjalanan??? Saya sempat ketawa dan bilang kalo insya Allah anak kami tidak akan lahir sebelum tiba di rumah sakit. Pukul 3 lebih sedikit kami tinggalkan rumah menuju Virginia Hospital Center di Arlington, Virginia.

  • Dinihari pukul 04:00
    Masuk ke ruang bersalin setelah sekitar 15 menit mengurus administrasi (form yang sudah kami kirim untuk pre-registrasi seminggu sebelumnya ternyata belum sampai ke tangan administrasi rumah sakit... untungnya saya siap bawa kopi-annya jadi tidak susah-susah mengisi lagi). Ganti baju yang disiapkan RS... semuanya dibantu oleh nurse Daphne yang bertugas jaga malam itu. She's soooo sweet! Kontraksi setiap 5 menit. Tidak lama kemudian, Dr. Fauzia datang menjenguk... setelah beliau periksa ternyata baru bukaan (dilation) 1 cm. Selain lengan kanan dipasangi dengan alat otomatis untuk mengukur tekanan darah dan detak jantung di jari telunjuk, juga di perut dipasang alat untuk memonitor detak jantung bayi dan kontraksi. Mulai saat ini sudah tidak boleh makan dan minum lagi *hiks*, yang boleh cuma "nyicip" icechips alias potongan es batu buat mengatasi rasa haus. Karena tidak betah berbaring (rasanya bosaaaaaan!!! meski kalo kontraksinya "datang" rasanya ndak bosan lagi, hee hee), saya minta untuk bisa jalan di seputar kamar bersalin (kamar bersalinnya sangat luas!). David mencuri waktu untuk tidur di sofa yang ada di samping tempat tidurku karena waktu masuk adzan subuh masih lama.

  • Pukul 06:30 pagi
    Infus (IV -- intravena) dipasang untuk menghindari terjadinya dehidrasi. Sampel darah diambil sebanyak 3 tabung/vials.

    Rasanya aneh waktu melihat David sholat subuh sendiri. Selama ini kami selalu sholat berjamaah... Blum apa-apa saya sudah rinduuuuuuuu rasanya untuk sholat. Mulai sekarang sampe' saat nifas habis nanti insya Allah, saya harus cuma "nonton" David sholat sendiri...

  • Pukul 07:05 pagi
    Tugas Daphne diambil alih oleh suster jaga berikutnya: Emily Luck. Kontraksi masih 4 menit kadang 3 menit. Tanda pengenal "pink" dipasang oleh nurse Daphne sebelum masa jaganya berakhir. Emily kemudian mengambilkan kursi goyang untuk saya pakai karena saya merasa tidak betah di tempat tidur.

  • Pukul 08:30 pagi
    Dokter Fauzia datang lagi memeriksa. Ternyata sudah bukaan (dilation) 4 cm. Kontraksi makin kuat dan persiapan untuk labor dimulai (petugas lain datang mempersiapkan segala peralatan di meja panjang). Rasanya rada ngeri lihat itu alat-alat... tapi jadi excited juga! it means kalo ini bukan tanda labor palsu alias false alarm... dan sebentar lagi bakal bisa bertemu dengan anakku!!!

  • Pukul 10:00 pagi
    Kontraksi makin kuat dan setiap kali datang, saya cuma bisa menggenggam kuat tangan David sambil bertahlil "Laa ilaaha illaa Allah". Pada saat dokter Fauzia periksa dalam, ternyata sudah bukaan 8 cm... dan kemudian ketuban pecah. Alhamdulillaah... kata dokter cairan ketuban jernih (clear). Good sign! Selanjutnya, dokter memberikan injeksi untuk membuat daerah sekitar jalan lahir "numb" atau mati rasa. Sambil menunggu bukaan sempurna, dokter Fauzia menunggui sambil ikutan mendengarkan tadarrus surah-surah pendek (Juz 30) yang David "putarkan" dari smartphone-nya. Rasanya damai sekali mendengar ayat-ayat Allah...

  • Pukul 11:00 pagi
    Fully dilated alias bukaan sempurna 10 cm. Lega akhirnya bisa "pushing" setelah berjam-jam menahan untuk tidak melakukannya karena menunggu sampe' bukaan sempurna. Tapi setelah "pushing" dengan dibantu Emily yang memberi aba-aba di sebelah kiri dan David di kananku dan dokter di bawah selama kurang lebih sejam, tidak ada perubahan sama sekali. Dokter sampe' heran dan beberapa kali menge-check posisi bayi dan semuanya sepertinya tidak ada masalah . Alat monitor jantung bayi dipasang langsung melalui jalan lahir karena alat yang dipasang di perut kurang reliable. Meski blum tahu apa yang terjadi di 'dalam', namun hasil bacaan detak jantung baby Z tetap bagus dan kuat (artinya bayi tidak distress), paling tidak itu membuat dokter dan juga kami semua lega.

  • Pukul 12:00 s/d 13:00 siang
    Dokter menginstruksikan perawat untuk menyiapkan alat USG untuk melihat langsung apa yang menjadi kendala. Setelah di'teropong' melalui sonogram, Dr. Fauzia langsung mengeluarkan "oooooooooooooh" dan menjelaskan kepada kami (termasuk ke perawat) kalo letak kepala bayiku ternyata menyamping/miring di jalan lahir. Itu sebabnya tidak "turun" meskipun sudah sejam lebih "pushing" dengan bukaan sempurna. Bahkan dokter dengan pede-nya (hehehe) memperagakan sendiri posisi baby Z. Kontraksi semakin kuat dan kali ini saya diminta lagi untuk menahan untuk tidak "pushing" (ooohhh... it's such a hard time!!!) sementara dokter mencoba untuk mencari alternatif. Dengan perlahan, dokter mencoba untuk bicara dan setengah membujukku untuk mau menggunakan epidural dengan harapan si bayi akan lebih relaks dan bisa merubah posisi di jalan lahir untuk dapat dilahirkan normal. Sedikit informasi, saya dan David sedari awal memang minta di BIRTH PLAN untuk melahirkan secara alami dan tidak menggunakan any medication pemati rasa sakit seperti epidural. Saya balik ke David dan dia menyerahkan semuanya ke saya. Saya akhirnya bilang ke dokter kalo apa saja tindakan yang menurut dia terbaik akan saya ikuti... demi kebaikanku dan bayiku. Apa boleh buat... setelah berjuang untuk bisa melahirkan secara alami (natural, tanpa bantuan obat pematirasa) saya akhirnya harus jalani juga yang namanya epidural itu . Ada rasa kecewa juga sih... tapi semuanya demi bayiku... apapun akan saya jalani.

    Prosedur epidural dilakukan oleh dokter ahli anastesia dan berlangsung cukup singkat. It's not as scary and as painful as I imagined before. Setelah itu, kateter juga dipasang (karena setelah efek epidural kicked-in pinggang ke bawah akan mati rasa yang tentu saja tidak bisa lagi jalan sendiri ke KM kalo hendak BAK. Dokter Fauzia juga mengingatkan kalo setelah jam 2 siang (beliau ada scheduled c-section untuk pasiennya yang lain pada jam 1 siang) tidak ada perubahan (posisi bayi tetap sama) setelah epidural maka beliau akan melakukan prosedur emergency c-section! Saya dan David diminta untuk bersiap-siap bila kemungkinan itu terjadi *sigh*.

  • Pukul 13:00 s/d 14:00 siang
    Mencoba pushing lagi dibantu oleh Emily dan David (5 kali dalam 3 kali tiap kontraksi), tapi tidak ada perubahan sama sekali! Sewaktu dokter kembali datang dan memeriksa dalam pada saat saya "pushing", beliau berkomentar pendek: "It's not worth it, Yaty. You did great job... but I guess we have to go for the c-section". Saya dan David cuma bisa mengiyakan meski ada rasa kecewa juga. Well, setelah berjam-jam mencoba melahirkan normal tanpa any medication dan berbagai alternatif dicoba, akhirnya mesti emergency c-section juga. But I never doubt that rencana Allah tentulah yang terbaik!

  • Pukul 14:00 s/d 16:00 sore

    with doctor fauzia
    Pukul 14:46... dokter Fauzia sedang memeriksa grafik detak jantung bayiku sekaligus mempersiapkan segala sesuatunya untuk c-section. Sambil menunggu, saya sempatkan mengirim sms ke Ibu di Makassar... *Sorry, sebenarnya ada beberapa foto lain di ruang bersalin dan di ruang perawatan, tapi kena sensor karena Bundanya Zahra tidak 'covered' alias tidak berhijab... harap maklum*

    Persiapan untuk operasi sambil menunggu dokter Fauzia selesai mengoperasi pasiennya yang lain. David pake' baju biru-biru lengkap dengan tutup kepalanya kayak dokter hehehe... soooo cute! Another "bracelet" dipasang... kayaknya ini ID untuk kontrol obat (terutama painkiller). Saya kemudian dibawa ke ruang operasi diiringi David dan bertemu dengan dokter anestesia yang mendampingi saat operasi (she's soooo nice!) dan menerangkan secara detail prosedur anastesi yang akan doi lakukan. Ruang operasi penuh dokter dan perawat... dan alat-alatnya itu... hiiiiiiii (ngeri!!!) bertebaran di meja panjang di dekatku. Di samping kananku (di kepala), David menggenggam erat tangan kananku. Pada saat operasi dimulai, saya berbisik pelan: Bismillaahirrahmaanirrahiim...

  • Pukul 16:08 sore
    Suara tangisan bayi memenuhi ruang operasi yang sebelumnya cuma di'hiasi' dentingan alat operasi dan suara dokter Fauzia yang memberi instruksi ini itu ke asisten dan perawat. Ketika saya lihat anakku dibawa melewatiku untuk dibersihkan, setengah berteriak suaraku memecah ruang operasi: "Assalaamu'alaykum Naaaaak!" sambil airmata jatuh satu-satu dan dilap sama David yang masih duduk mendampingi saya di meja operasi. Beberapa saat kemudian, bayi kami diserahkan ke David dan si Ayah mulai mengadzan dan meng-iqomatkan Zahra dengan fasih dan tegas (meski sempat juga ada bagiannya yang suaranya rada 'tercekat'... mungkin karena haru) dan saya memandangi dua orang tersayangku dengan mata berlinang (kayak sinetron saja di'?! hehehe).

    Zahra usia kurang dari 8 jam

    Zahra Shirley Kearns
    February 5th, 2007 -- 17 Muharram 1428 H

    8 lbs 2 ounces -- 3.7 kilogram
    21 inches -- 53.3 centimeter
    APGAR Score: 9/9

  • APGAR score-nya Zahra 9 dan kemudian lima menit setelah dia dilahirkan score-nya kembali 9 (9/9) dari score sempurna 10. Alhamdulillaah... kami dianugerahi Allah putri yang cantik dan juga sehat! Muka Zahra waktu pertama kali saya lihat dengan jelas sewaktu diadzankan Ayahnya miriiiiiiiiiiiiip sekali dengan muka Attong, adik bungsuku pada saat doi masih bayi... juga mirip dengan Nabila (Lala), kakak sepupunya (anaknya Kak Ina yang nomor 2). "Bracelet ID" yang ketiga dipasang lagi... kali ini bukan cuma saya, tapi juga di pergelangan kaki Zahra, transponder di talipusarnya, dan di pergelangan tangan David. Nomor ID kami: 88266

    Transponder 88266 Too many bracelets
    Transponder di pusar Zahra dengan barcode yang sama dengan salah satu dari 3 gelang pengenal (ID bracelets) di tanganku

    Setelah Zahra diambil lagi untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis anak, saya kemudian tertidur pulas (saat itu masih di"kerjai" sama dokter) sambil tetap menggenggam tangan David. Waktu terbangun, saya sudah tidak di ruang operasi lagi tapi sudah dikembalikan ke ruang bersalin (ruang sebelumnya).

  • Pukul 19:00 malam
    Dibawa ke ruang perawatan 369. Akhirnya kami bisa 'settled' deh... ini akan jadi ruangan kami sampe' saatnya pulang ke rumah nanti. Kakiku sudah bisa kugerakkan sedikit tapi rasa kebal/numb-nya masih kuat sekali dan rasa perih sehabis operasi sudah mulai agak terasa. Alat kontrol untuk menambah dosis obat penghilang rasa sakit (painkiller) saya "on"kan setiap sudah mulai terasa sakitnya di bekas jahitan operasi. Untuk sementara (sampe' menunggu -- maaf -- kentut), saya tidak bisa makan makanan solid... jadinya cuma minum apple juice, teh manis, dan minum air putih sebanyak-banyaknya. Haus bo'! sejak jam 4 subuh cuma "makan" ice chips...

  • Pukul 19:30 malam
    Zahra dibawa ke kamar dan saya bisa ketemu lagi dengan anakku... memandang mukanya sepuas hati. Bahagianya ndak bisa dilukiskan!!! She's sooooo beautiful! Mukanya muka Indonesia... dan kulitnya sama dengan Ayahnya .

  • Pukul 20:00 malam
    Zahra's first stool alias béol pertama: meconium yang cukup banyak!

  • Pukul 20:10 malam
    Pertamakalinya mencoba menyusui Zahra. Rasanya bangga dan lengkap sudah diriku jadi perempuan... alhamdulillaah!!! Zahra langsung "pintar" deh... padahal kata dokter biasanya bayi butuh waktu juga untuk belajar menyusui saat pertamakali... but my little baby's already an expert!!! Colostrum yang tersedia semua doi sikat habis (hehehe). I'm soooo proud of you, Nak! Sisa malam kami habiskan bertiga di kamar (tidak lupa nonton Heroes di tv, hehehe). David tersenyum dan bilang kalo sejak terbangun dari tidur tadi sore, saya tidak pernah berhenti tersenyum (meski masih lemas habis operasi). Saya balas dengan bilang, siapa yang tidak tersenyum kalo mendapatkan anugerah terindah punya suami dan anak yang sangat saya sayangi dan menyayangi saya? Ah...

  • Mengaso sejenak setelah hari yang panjang
    Legaaa... setelah hari yang panjang. Tanda pengenal pink di baju si Ayah itu ID sementara untuk bisa masuk ke RS selain gelang/bracelet di pergelangan tangannya.

    Changing diaper
    Malam pertama Zahra diurus sama Ayah... soalnya Bunda blum bisa bangun dari tempat tidur karena pengaruh obat bius yang masih mematirasakan pinggang ke bawah.

    Syukur karena di kamar ada couch/sofa yang bisa diubah menjadi tempat tidur buat David tidur. Meskipun tentu saja tidak senyaman di rumah, tapi paling tidak rasanya aman menghabiskan malam pertama bertiga... alhamdulillaah...


Selasa, 6 Februari 2007

  • Pagi-pagi diambil sampel darah lagi (2 vials) dan setelah memberi Zahra ASI dan dibawa ke nursery room oleh perawat saya tertidur kembali sampe' jam 11 siang sementara David pulang ke rumah di Rockville.

  • Antibiotik diberikan melalui IV (3 kali/dosis dalam 24 jam) untuk mencegah infeksi pasca operasi; kateter dilepas; dan mulai "belajar jalan" dengan dibantu perawat Sarah. Lutut masih lemas sekali... tapi senang juga bisa bangkit dari tempat tidur (bosan berbaring terus!). Karena sudah passing some gas (hee hee) bisa deh makan (yay!!! lapar bo'!). Waktu David kembali dari rumah, saya sudah cantik (cieeee!!!) habis lap badan dan rasanya segaaaaaaaaar!!! And guess what??? Rambut gondrong Ayahnya Zahra sudah "hilang", hee hee... ternyata waktu balik ke Rockville, David sempatkan untuk singgah di tukang cukur dan potong rambut. Good job, Ayah!!!

  • Oh iya, kedua kakiku masih bengkak... juga muka dan kelihatannya kalo saya baru saja habis di"tinju" karena muka rada lebam . Kata dokter sih ini normal karena pengaruh "pushing" (saking nafsunya mo melahirkan normal... ternyata... *hiks*)

    24 jam pertama setelah kelahiran Zahra
    Meski masih lemas karena pengaruh epidural, kakiku sudah cukup kuat untuk jalan di dekat tempat tidur dan menggendong Zahra. Lihat deh itu mukaku masih kelihatan lebam kayak habis ditinju, hehehe...

  • Kontrol painkiller yang dipasang melalui IV juga dilepas dan diganti dengan minum (oral) painkiller Percocet 2 butir tiap 4 jam dan Ibuprofen (dosis tinggi) tiap 6 jam.

  • Mengisi aplikasi untuk Akte Kelahiran (birth certificate)-nya Zahra.

  • Sore, Zahra dijenguk sama kakaknya Ali (anak adopsinya David), trus malamnya kami juga dapat kunjungan dari kakaknya Iman dan mamanya Kak Iman (tante D). Dapat hadiah deh... juga kiriman bunga yang cantik lengkap dengan balonnya dari Tante D.

  • Berat Zahra berkurang, sekarang tinggal 3.546 kilogram. Sekedar info, memang bayi akan kehilangan berat badan sekitar 10% dari berat lahirnya.

  • Malamnya, salju turun cukup lebat... heh... finally!

  • Menjelang tengah malam, dokter Fauzia datang menjenguk dan memeriksa bekas operasi (irisan bekas operasi ditutup dengan staples!!! Yup, bukan dengan 'jahitan' lagi tapi dengan surgical staples yang betul-betul kayak staples alias klip kertas itu eh) dan kondisi rahim pada saat saya baring memberi ASI Zahra. Semalaman Zahra tidur di sampingku... rasanya . And I keep telling myself (proudly): Ya Allah... sekarang saya sudah jadi Ibunda!!!!


Rabu, 7 Februari 2007

  • Subuh, Zahra dibawa ke nursery room untuk kemudian divaksin Hepatitis B dan diambil sampel darah di tumitnya.

  • Alhamdulillaah... pagi jam 9 ASI-ku sudah keluar (plus colostrum)

  • Tekanan darahku diambil beberapa kali karena dianggap cukup tinggi... tapi bila berbaring cuma berkisar 128/80 (pengaruh apa ya?). Kondisi rahim sangat bagus (sudah mengecil -- pengaruh yang sangat bagus dari breastfeeding) dan pendarahan (darah nifas; locchia) pasca melahirkan terhitung "mild". Alhamdulillaah... Hari ini juga cuma bersihkan badan dengan lap basah, blum berani mandi karena masih ada jarum IV di lengan kiri (lenganku ini juga lebam berat karena sempat pecah pembuluh darah waktu diambil sampel darah pertamakalinya sebelum Zahra lahir).

  • Karena sampe' hari ini blum juga BAB, perawat memberikan 2 butir tablet untuk melembutkan faeces. Payah juga kan kalo makan mulu trus ndak BAB??? hehehe.

  • Kondisi Zahra cukup bagus meski ada jaundice (kita kenalnya dengan "kuning" pada bayi yang baru lahir) tapi kadarnya masih dalam kategori normal untuk newborn. Setelah memberi ASI Zahra, saya "jemur" dia di depan jendela besar dimana cahaya matahari masuk memenuhi ruang perawatanku. Siangnya, anakku juga sudah menjalani Hearing Screening alias tes pendengaran... and she passed!!! Yes!!! Alhamdulillaah...

  • Makan malam dengan Nasi Goreng-nya Satay Sarinah dibelikan sama mamanya Iman.

  • Berat Zahra berkurang lagi menjadi 3.3329 kilogram.

  • Dokter Fauzia kembali datang menjenguk menjelang tengah malam (ini waktu jaganya doi). Waktu itu saya sedang menyusui Zahra dan David lagi kerja (kodong suamiku... biar tong on paternity leave masih tetap saja kerja *sigh*... yaaahh, namanya juga kejar setoran, hehehe... kayak sopir pété'-pété' saja!). Dokter bikin ka' terharu pada saat beliau bilang ke saya: "I am so proud of you... and it's a blessing to have met you two (maksudnya, saya dan David)". Awwwwww!!!!


Kamis, 8 Februari 2007

  • Tidur semalaman dengan Zahra di sampingku! Pokoknya rasanya gimanaaaaaaa gitu... bahagia, bangga... alhamdulillaah dikasih kesempatan sama Allah merasakan nikmatnya jadi Ibunda...

  • Tekanan darahku sudah turun: 123/65 mmHg. Mungkin karena saya mulai rileks dan tidak terlalu tegang dengan urusan rumah sakit dan "teman-temannya". Semalaman juga tidurku menyamping karena menyusui Zahra (setiap kali saya diambil tekanan darah dengan tidur menyamping pasti tekanan darahku jadi "normal") dan tidurku semalam nyenyaaak sekali!

  • Jarum IV yang nempel dengan setia di lengan kiriku akhirnya dilepas juga *whew* dan akhirnya bisa mandi deh (rasanya enaaak skali mandi shower setelah tiga hari cuma "mandi" lap basah). Daaaaan... akhirnya (lagi) bisa BAB berkat bantuan "Seina" alias tablet pelembut faeces... yay!!! It's a big thing bisa pup after a major surgery! Iya, c-section termasuk "operasi besar", FYI.

  • Konsultan ASI (lactation consultant) rumah sakit, Peggy Raedy datang mengunjungi kami persis pada saat saya menyusui Zahra. Dia sangat terkesan karena saya "keras kepala" tetap memberi ASI Zahra meski ini "botol ASInya Zahra" sudah lecet-lecet , hehehe. Saya bilang, I want the best for my baby... I'll do everything to give her the best!". Beliau juga memberikan tips dan petunjuk singkat untuk mengatasi beberapa masalah yang dihadapi oleh ibu yang menyusui bayi, dan memberi semangat untuk "pantang mundur" dalam memberikan ASI kepada Zahra dan memberikan kartu namanya untuk saya hubungi kapan saja kalo ada yang hendak dikonsultasikan masalah ASI.

  • Jam 11 siang, saya ikut "discharge class". Ini kelas dimana para "ibu baru" mendapatkan informasi umum tentang peran mereka setelah keluar dari rumah sakit, dibawakan oleh seorang perawat senior. Lumayan informatif sih dan kami dapat brosur serta diaper bag dari sponsor rumah sakit.

  • Dokter datang memeriksa dan bilang kalo kami sudah bisa pulang ke rumah besok. Yay!!! Alhamdulillaah!!! Paling tidak bisa tidur nyaman di tempat tidur sendiri... yeah, I miss my bed and my sweet home so much!


Jumat, 9 Februari 2007

  • Pagi-pagi Zahra dibawa oleh perawat untuk diperiksa terakhir kali oleh dokter anak (pediatrician) rumah sakit Dr. Reese sebelum kami pulang ke rumah. Alhamdulillaah, semuanya bagus dan normal. Jadi ingat dua hari sebelumnya waktu Dr. Reese dan salah satu dokter residennya visite ke ruangan kami, beliau sempat bilang: "You have a very healthy little girl there!". Alhamdulillaah... I am sooo proud of gadis kecilku!!!

  • Zahra dengan Ayah dan Bunda menjelang meninggalkan rumah sakit Zahra dan Bunda menjelang pulang ke rumah

  • Setelah packing dan mengurus administrasi rumah sakit untuk mendapatkan surat-surat pentingnya Zahra yang akan diberikan kepada dokter anaknya kelak (David sudah bikin appointment hari Senin nanti untuk bertemu salah satu dokter anak di Child First yang ada di Shady Grove -- sekitar 10 menit by car dari rumah), kami menunggu datangnya dokter obgyn residen untuk melepas staples -- yang akhirnya datang hampir jam setengah satu siang. Awalnya ngeri juga... tapi ternyata tidak sakit sama sekali! Luka bekas incision yang awalnya direkatkan dengan surgical staples sekarang digantikan dengan "selotip" M3! Amazing ya!!! Next time, mungkin sudah tidak pake' staples dan "selotip" lagi... tapi pake' "LEM" yang lebih canggih dan lebih cepat proses penyembuhannya! Oh iya, alhamdulillaah... luka bekas operasiku tertutup dengan baik dan tidak ada pendarahan sama sekali.

  • Setelah Zahra siap (good job, Ayah!) dan si Ayah mengambil stroller dan carseat buat Zahra, kami kemudian meninggalkan rumah sakit pada pukul 13:20 siang.

    Getting ready And we're good to go
    Awalnya Zahra mo pulang pake' pink snowsuit hadiah dari Grandma-nya di CA, tapi karena carseat-nya ndak muat karena snowsuit-nya kelewat tebal akhirnya pake' overall The Pooh yang dibelikan Ayahnya. Here we go... siap untuk pulang ke rumah!

  • Tiba di rumah jam 14:02 (setelah sebelumnya singgah di apotek menebus obat painkiller buatku). Kami tiba... membawa "oleh-oleh" terindah dari Allah: Zahra Shirley Kearns... gadis kecil permata hati penyejuk mata dan jiwa kami... Kita sampe' di rumah, Nak!

    We're home! Finally at home in the TV room

  • Malam pertama di rumah, alhamdulillaah... kami berempat (malamnya Iman datang diantar mamanya untuk nginap dengan kami -- atas permintaannya... mo lihat adeknya katanya) lewati dengan sukses! Zahra tidak rewel dan saya sangat enjoy, menikmati bangun mengganti popok dan menyusui Zahra.

Begitu deh cerita lengkapnya proses kelahiran Zahra sampe' waktu kami tiba di rumah. Alhamdulillaah... kami dapat banyaaak sekali ucapan selamat dan doa. Terima kasih yang tidak terhingga buat semua... saya dan David meng-Amiiin-kan semua doa yang terkirim buat kami dan Zahra . Insya Allah, Zahra kelak jadi anak yang shalihah, bersih dan mulia hatinya dan cemerlang otaknya... yang jelas dia sudah membawa begitu banyak bahagia dalam keluarga kecil kami. Sekali lagi terima kasih... dan semoga Allah swt membalas semua kebaikan orang-orang tercinta yang mendoakan kami dengan tulus... Amiiiiiiiiiin!!!

Salam cinta dan sayang dari Zahra dan Bundanya buat orang-orang tercinta...